Skip to main content

Kuala Lumpur Solo Trip

 

“I need six months of vacation, twice a year.” -Unknown

HAHAHA

 

Hiii! Sudah hampir 3 tahun tidak posting di blog ini. Sebenarnya ya dolan-dolan aja sih, cuma males nulisnya. I’ve been to Bromo, Pare, Mt. Kelud, Batu, Banjarmasin, Dieng, Semarang, and Jogja (of course) for the last 3 years. I’m back for awhile to tell you story about my solo trip to our neighboring country.

 source: pngtree

Akhirnya paspor kepake juga setelah 3 tahun. And for my first time travel abroad, I do it by myself. Jadi kali ini riweh sendiri lagi untuk menyusun itinerary, setelah 5 tahun lalu dari solo trip-ku ke Malang – Banyuwangi. Huft, merasa acak-acakan sekali menyusun kalimat ini haha.

Ya, jadi aku ke Kuala Lumpur, Malaysia. Menghabiskan 3 hari 2 malam untuk Kuala Lumpur saja cukup sih. Seperti biasa, akan aku spill tujuan dan budget di trip ini.

Baiikkk, kita mulai dari harga tiket pesawat, aku dapet tiket di harga Rp1.097.588 (tiket.com) untuk pulang pergi, dengan pesawat AirAsia (kayaknya ini first time naik AA). Tiket ini sudah dibeli dari 6 bulan sebelumnya pas lagi ada promo HAHA, karena ini tiket promo LCC (low cost carrier) jadi gak bisa untuk di re-schedule maupun refund. Refund bisa, tapi yang balik hanya airport tax-nya aja.

Untuk pesawat internasional LCC, aku berangkat dari terminal 2F Bandara Soetta. Benar kata orang-orang, terminal ini lebih efektif daripada terminal 3, maksudnya lebih deket gitu gate-nya. (WKWKWK kena trauma transit di terminal 3 terus ketinggalan pesawat )

Terbang jam 10.10 dan sampai Kuala Lumpur (KL) jam 13.15. Sampai KLIA2, imigrasi aman dan muter-muter dulu di bandara karena berasa di mall hahaha, dan karena ada kepentingan juga di bandara sih sebenernya. Di bandara nyobain juga green tea lattenya Family Mart, kali ini versi Family Mart KL.

Green Tea Family Mart KLIA2

Habis urusan kelar, langsung turun ke Level 1 (Bus Station) untuk beli tiket bus ke Pudu Sentral. Harga tiket bus RM15 + 1 RM (biaya layanan). Ohya, first impression terhadap penduduk Malaysia, yaitu masih kurang ramah dibandingkan orang-orang Indonesia. Tapi, ada yang baik dan ramah juga, ntar kita cerita di bawah.

Jangan lupa tuker uang ke ringgit dulu ya, karena cash penting. Aku kemarin tuker RM300, dan sebenernya tergantung kebutuhan saja.

RM

KLIA2 ke Pudu Sentral kira-kira 1 jam 15 menit, dari Indonesia udah tenang nanti di KL naik grab, ternyata gak ada ojek maupun grab motor di sini, huft, riset ini kurang luas. Kenapa turun di Pudu Sentral, karena lebih deket ke Bukit Bintang dan penginapanku hari pertama adalah di Bukit Bintang. Pas mau mesen grab motor ke penginapan, lho kok gak ada pilihan motor. Ternyataaa, emang gak ada grab motor di Malaysia. Mau naik grab mobil, tapi fare-nya lumayan dengan jarak yang sebenarnya tidak begitu jauh.

Akhirnya aku memutuskan untuk jalan kaki ke penginapan pertama, yaitu ke Travelogue Guest House. Dapat harga Rp159.971, dan udah siap-siap uang RM10 untuk bayar pajak wisatawan. Tapi ternyata, harga itu sudah termasuk pajak wisatawan, tapi tergantung hotelnya ya sepertinya, karena di hotel kedua masih bayar pajak itu. Tiket pesawat dan penginapan aku pesan di tiket.com.

Ohya, sebenernya ada deposit juga RM20 di guest house ini, tapi karena gak ada kembalian waktu itu, jadi aku tanpa deposit. Resepsionisnya baik dan ramah, dan ownernya juga! Terbaik banget guest house ini karena seluruh staff ramah, kamar dan kamar mandi bersih, dan… pas di jantung Bukit Bintang (depan Lot10).

Golden Triangle Bukit Bintang

Travelogue Guest House 

Ini bentuk kamarnya kaya asrama yang ranjang tingkat itu ya, sengaja juga karena siapa tau dapat temen baru. Dan… yes, dapat temen baru, also, se-kamar isinya orang Indonesia semua yang solo travelling. Kayaknya sih disengaja ya sama resepsionisnya, untuk paspor Indonesia mereka jadiin satu wkwk. Jalan 30 detik udah sampai di golden triangle Bukit Bintang.

Setelah istirahat sebentar dan bersih-bersih, memutuskan untuk ke Alor Street Night Market, ugh, tidak sabar. Ekspetasi akan makan-makan jajan-jajan, karena itulah tujuan utamaku penukaran uang ke ringgit. Hmmm, pas sampai sana tidak se jajan-jajan yang aku bayangkan. Ohiya aku keluar sama temen baru, orang Indonesia juga. Akhirnya makan di Nasi Ayam Chee Meng, tipe makanan yang aman aja. Harganya untuk nasi ayam rebus atau goreng kalau gak salah RM12 - RM13, tidak lupa mencoba ais milo seharga RM6.

Lanjut habis makan balik lagi ke Alor mau ngemil, tapi ternyata kenyang juga. Akhirnya cuma beli tanghulu seharga RM12. Saranku sih mending ini buat sharing ya, karena muanissss buangeeet, 2 biji strawberry yang dipotong jadi 4 seharga RM12 cukup nangis sih, kalau dirupiahin hampir Rp50.000 HAHA.

Tanghulu di Alor Street

Setelah dari Alor, jalan-jalan aja sekitar hotel (Bukit Bintang) dan tidak lupa ke Pavilion. Sungguh sangat ramai di Bukit Bintang ini, dan cukup keringetan karena banyak jalan, hari pertama udah dapet 16.000 langkah, ini dia awal mulanya di hari ketiga udah gak kuat jalan karena hari-hari kerja ke kantor paling cuma 1.500-2.000 langkah aja.

Masuk di hari kedua, btw, di KL ini jam 6 sore masih panas dan jam 7 pagi masih gelap ya. Hari kedua bangun jam 8 dan siap-siap mau ke Twins Tower alias Petronas. Lagi lagi, memutuskan untuk jalan kaki. JANGAN DITIRU, mendingan naik bus atau apa ya, mungkin monorail, karena cukup ngos-ngosan. Tapi udah terlanjur yaudahlah ya, jalan kaki ke Petronas terus ke KLCC Park dan masih balik lagi ke guest house dengan jalan kaki, itu nyiksa diri sih WKWKWK. Rencana keluar pagi sekalian sarapan, ternyata sarapannya siang juga setelah dari Petronas. Udah ngantri nasi lemak, ternyata nasinya habis. Akhirnya ngide ikut antri yang lagi viral di sana yaitu Mon Bread Chinese Roti. Antrinya luama banget meski pas aku ngantri belum banyak antriannya. Beli Mon Bread seharga RM6.50 untuk yang daging, not bad, cuma kurang kasih saos-saosan aja dah.

Habis beli roti itu, langsung balik guest house buat istirahat sebentar terus check out karena mau ke Chinatown. Sebenernya mau jalan kaki lagi (ngide emang), tapi mengurungkan niat tersebut karena pas jam 12 yang panasnya superb. Akhirnya naik MRT dan turun di Pasar Seni. Untuk MRT gak perlu pakai kartu Touch n Go, bisa beli token aja seharga sekitar RM1.5 untuk sekali perjalanan.

Hmmm sampai stasiun Pasar Seni, tentu masih jalan untuk ke hotelnya, baru jam setengah 2 an, akhirnya belum bisa check in. Yaudah nitip tas aja di resepsionis, dan resepsionis di hotel kali ini awal-awalnya kurang ramah, kaya gak banget deh, meskipun kamar dan kamar mandinya bersih. Nah jadi hotel kedua ini Namanya Space Hotel Chinatown, dapat di harga Rp170.464 + pajak wisatawan RM10, dan deposit RM50. Iya, depositnya segede itu, huft.

Di trip abroad ini, anak ngide ini cuma bawa tas ransel 1 dan pake sandal. Semua orang yang tahu cukup terkaget-kaget, bisa-bisanya bawa tas ransel 1 biji doang, meski pulangnya A1 bawa tentengan. Akhirnya karena belum bisa check in, yaudah jalan langsung ke Flaaah the Bakery melewati Petaling Street Market. Hmm, di Petaling Market ini isinya barang-barang branded tapi KW.

Petaling Street

Flaaah the Bakery 

Setelah jalan yang lumayan, sampai juga di flaaahflaaahflaaah itu. Awas kalap mata, secara di Indonesia aja mikir-mikir beli pastry seharga ini, di sini bisa habis Rp225.000 untuk aku seorang untuk 2 pastry dan 1 cold brew, dan untuk pembayarannya gak bisa cash. Di sana pembayaran cukup fleksibel juga bisa pake visa card atau mastercard. Habis dari Flaaah jalan-jalan dikit dan nglewatin Petaling Market lagi untuk ke hotel dan check in.

Hotelnya ini juga yang modelnya tingkat-tingkat gitu, cuma lebih private karena ada penutupnya. Style hotelnya kaya luar angkasa, since the name Space Hotel. Istirahat agak lama kali ini karena kaki udah sambat, sekalian rapi-rapi tas yang udah ada tentengannya itu karena udah beli coklat Baileys. Mandi siap-siap karena tentu mau jalan-jalan lagi. Kali ini ke Central Market dan Katsuri Walk. Isinya yaaa oleh-oleh (cinderamata) dan jajanan (tapi lebih rame Alor).

Terus, udah nih ya lewat Petaling Market 2x, malemnya masih ke situ lagi ahahaha, tapi gak yang jauh banget, cuma di depan-depan aja. Ternyata kalau malem lebih rame pedagangnya. Karena belum makan nasi dari pagi, akhirnya anak ini laper. Mau nyoba nasi kandar atau nasi lemak, tapi akhirnya makan makanan India, Chicken Masala dan roti apa ya lupa namanya, yang tipis itu. Staff nya pada baik-baik, dan lagi-lagi pesen es milo meski di minum sebelumnya cukup kemanisan untukku. Setelah makan, jalan balik ke hotel, karena di sekitar hotel udah sepi dan toko-toko pada tutup. Banyak juga orang yang tidur di emperan toko. Hari itu memutuskan istirahat lebih cepat juga karena sudah 19.000 langkah xixixi.

LAST DAY!

Sengaja bangun agak siang karena mau menikmati rebahan dulu. Flight masih malem tapi kaki udah gak bisa diajak kerja sama, meski tetep jalan juga cari makan dan ke stasiun MRT. Hari itu keluar jam 11-an sekalian check out. Yap, mengotong-otong tas dan tentengan ke mana-mana. Sudah nge-list mau makan di Santa Chapati House, so yap, sarapan di sana dengan menu nasi sayur dan ayam haruan. Udah minta nasi setengah, tapi tetep dikasih banyak, katanya “it’s okay”. Bukan masalah it’s okay-nya ya pak, tapi makan di resto India porsinya sangat banyak untukku. Alhasil, tidak habis, agak gak enak karena makanannya gak habis, tapi aku di situ juga udah cukup lama karena kekenyangan, maaf ya pak… tambah gak enaknya karena staff nya ramah.

Santa Chapati House 

Setelah makan, jalan ke stasiun Masjid Jamek, pengen keliling di Masjid Jamek tapi lagi-lagi kaki udah lemes ditambah panas pula. Akhirnya memutuskan untuk langsung ke KL Sentral aja meskipun masih sangat lama menuju flight pulang. Lagi sok serius baca maps jalur MRT, ditanyain bapak-bapak, mau ke mana, agak was-was karena pas di stasiun Bukit Bintang disamperin bapak-bapak yang minta uang huhu. Tapi yang kali ini emang niat bapaknya mau bantu, aku bilang mau ke KL Sentral, terus beliau nunjukkin harus ke mana. So proud, gak kebingungan naik MRT di Kuala Lumpur alias gak nyasar salah jalur atau kebablasan haha.

Wuzwuzzz, sampai lah di KL Sentral dan langsung nyari bus station. Dalam pencarian itu, malah nyasar dulu ke NU Sentral, dan di sini malah bisa-bisanya belanja dan jajan. Memang menggiurkan karena waktu itu Uniqlo lagi sale, dan… (so sad) beli rujak buah seharga Rp50.000 se-cup WKWKWK. Hati-hati juga kalau ke Don Donki, bisa bikin kalap. Karena udah muter-muter gak jelas padahal kaki udah sambat, akhirnya menyudahi hari itu dengan langsung ke bus station. Tapi pencarian bus station tidaklah mudah, petunjuknya KURENGGG. Udah muter jauh dan lama, berakhir tanya ke security yang gak ramah-ramah banget itu.


MBG di NU Sentral

Pas mau beli tiket, ngitung uang tinggal RM13, sedangkan harga tiket RM15 hahaha. Udah panik dikit, tapi tetep nyoba ngantri tiket dan ternyata bisa pake card. Akhirnya jam 3 sore otw KLIA2 dan sampe KLIA2 masih jam 4 lebih dikit. Nongkrong dulu sambil charge hp di sevel, karena daripada di dalam nunggunya kelamaan ye kan. Gak antri check in juga karena udah check in online.

Memutuskan untuk masuk tapi di e-boarding gak ada gate berapanya. Clingak-clinguk lagi nyari pesawatku ni di gate berapa, akhirnya ditanyain sama bapak-bapak petugas bandara, aku bilang aku udah check in tapi belum ada gatenya dan di monitor display juga belum ada gate-nya. Di suruh masuk aja sama bapaknya nanti baca monitor display lagi di dalam. Long short story, udah ada di gate berapanya. Dan… pada akhirnya, gate di pindah 3x, even itu udah jam terbang tapi bisa-bisanya ganti gate padahal udah pemeriksaan tiket di gate sebelumnya, huft.

Bagian akhir ini udah malas cerita xixixi, pokoknya selamat dan aman sampe di Jakarta. Ketagihan lagi untuk ke Kuala Lumpur, dan kalo nanti ke sana lagi, akan lebih ku atur perjalanan kaki ini haha. Sekian guis cerita solo traveling kali ini. Kalo ada yang mau bertanya, kindly contact me ya! 😀

Comments

Post a Comment

Komentar: